Apa penyebab banyak
sampah terus menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir? Contohnya di Bantar Gebang,
sampah menggunung dan menguarkan aroma tidak sedap, dan kita tak tahu,
bagaimana nasib sampah-sampah tersebut ke depannya tanpa dilakukan pemilahan sampah yang baik dan benar.
![]() |
Pemilahan Sampah (Sumber: iStockphoto) |
Kita sering
berpikiran, ketika semua sampah yang dihasilkan dibuang ke tempat sampah maka
semuanya sudah selesai. Membuang sampah di tempat sampah memang hal yang benar,
tapi alangkah baiknya jika sebelumnya dilakukan pemilahan sampah agar
sampah-sampah yang seharusnya bisa didaur ulang, tidak terangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir.
Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik, hanya ada 1,2% rumah tangga di Indonesia yang mengolah
limbah rumah tangga, angka tersebut tentunya sangatlah kecil, pengolahan limbah
di rumah memang butuh kerja ekstra, dan apabila kita belum bisa mengolahnya,
kita bisa memulainya dengan melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik sejak dari rumah.
SAMPAH
ORGANIK
Sampah organik merupakan jenis sampah yang dapat
membusuk dalam waktu yang singkat, contohnya seperti sisa sayuran, sisa
makanan, daun-daun kering dan lain sebagainya. Sayangnya, di Indonesia sendiri
sampah organik mendominasi jumlah sampah yang ada. Berdasarkan
data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2017, sampah organik mencapai jumlah angka 60% dari total sampah di Indonesia. Lalu,
apa yang bisa dilakukan agar sampah organik dapat dikelola dengan baik?
a. Membuat Komposter
Komposter adalah salah satu
cara membuat kompos sendiri di rumah, kita bisa membuang sampah sisa dapur dan
sampah-sampah daun kering ke dalam komposter, kemudian mengubahnya menjadi
kompos.
b. Membuat Lubang Biopori
Selain menggunakan komposter,
cara membuat kompos lainnya adalah dengan membuat lubang biopori di halaman
rumah. Sampah-sampah organik bisa dibuang ke dalam lubang biopori yang nantinya
akan membusuk dan akhirnya menjadi kompos. Tak hanya bisa menjadi tempat
pembuangan sampah organik. Lubang biopori juga bermanfaat untuk mengurangi
banjir.
Selain memilah sampah organik dengan baik,
alangkah baiknya kita juga mengubah pola hidup dengan tidak menyisakan makanan
yang kita makan. Sisa makanan ini juga menjadi salah satu faktor semakin meningkatnya
sampah organik di Indonesia. Oleh sebab itu, makan secukupnya, dan jangan
buang-buang makanan.
Berbeda dengan sampah organik yang mudah
membusuk, maka sampah anorganik adalah jenis sampah yang tidak mudah membusuk.
Sampah-sampah jenis ini seperti wadah plastik, botol, kaleng, kertas, dan lain
sebagainya.
Jenis sampah ini juga banyak menumpuk di tong
sampah, padahal sebagian dari sampah-sampah ini tidak dapat didaur ulang kembali.
Maka, apabila memiliki sampah botol, kaleng, kaca, dan kertas, jangan dibuang begitu saja ke tong sampah, tetapi dipisahkan.
1. Ditabung di
Bank Sampah
Apabila rumah anda dekat
dengan bank sampah, bawa sampah-sampah tersebut ke bank sampah, dan anda pun
bisa menabung dengan sampah yang ada di rumah.
2. Sedekahkan/Jual
kepada Pemulung
Ada pemulung yang memang
membeli barang-barang bekas, namun ada juga pemulung biasa yang hanya mencari
barang bekas saja. Apabila ada pemulung yang membeli barang bekas, kita bisa
menjualnya. Namun, jika adanya pemulung biasa yang suka berkeliling mencari
barang bekas, kita bisa memberikan sampah yang kita miliki, karena manfaatnya
sama dengan sedekah, rumah bersih, pahala pun didapat.
3. Recycle
Apabila anda kreatif, anda
bisa mendaur ulang barang-barang bekas menjadi barang yang berguna. Bahkan tak
sedikit orang yang dengan kreatifitasnya menyulap barang bekas menjadi barang
yang unik, akhirnya malah menjadi pintu rezeki.
Selain memilah sampah anorganik, sebisa mungkin
kurangi juga penggunaan barang yang nantinya bisa menjadi sampah anorganik.
Alih-alih membeli minuman botol di warung/minimarket, kita bisa membawa tumbler
sendiri dari rumah.
Nah, itulah cara
pemilahan sampah sederhana yang bisa kita mulai dari rumah. Ayo kita lebih peka
terhadap lingkungan, kurangi sampah agar lingkungan menjadi lebih indah.(*)