Indonesia saat ini didominasi oleh kaum muda produktif yang berasal dari Generasi Milenial (GEN Y) dan Generasi Z (GEN Z). Dua generasi ini sering dikaitkan dengan pola pikir dan perilaku yang erat kaitannya dengan teknologi dan digital.
Teknologi dan digital ini kerap digunakan GEN Y dan GEN Z tak hanya untuk bersosialisasi saja, namun juga untuk berkarya dan mendapatkan banyak pengetahuan baru. Salah satu pengetahuan yang bisa didapat dengan mudah oleh anak-anak sekarang ini adalah tentang kondisi iklim bumi yang semakin memprihatinkan.
Kesadaran anak-anak muda di masa sekarang ini tentang kondisi iklim tentunya menjadi nyala yang harus terus dikobarkan agar bisa berubah menjadi semangat untuk melakukan sesuatu bagi bumi, khususnya bumi Indonesia.
Untuk itu, Blogger Perempuan Network dan Eco Blogger Squad melaksanakan Online Gathering bertajuk ‘Semangat Orang Muda Menjaga Bumi Indonesia’ pada Jumat, 20 Oktober 2023 lalu. Dalam Online Gathering kali ini menghadirkan 3 perempuan muda yang konsen dengan isu-isu lingkungan, yaitu Amalya Reza (Manajer Bioenergi at Trend Asia), Jaqualine Wijaya (CEO and Co Founder at Eathink), dan Cerli Febri Ramadhani (Ketua SKELAS - Sentra Kreatif Lestari Siak).
Konsumsi Makanan Berkelanjutan
Narasumber pertama adalah Jaqualine Wijaya dari Eathink. Eathink yang rebranding sejak tahun 2018 merupakan bisnis sosial yang mendukung konsumen makanan untuk menjadi lebih berkelanjutan dengan membagikan informasi terkini mengenai ketahanan pangan melalui konten digital dan menyediakan program pembelajaran dan produk yang relevan untuk membantu dalam perjalanan membangun kebiasaan makan yang sehat dan berkelanjutan.
Sistem pangan yang berkelanjutan adalah pangan yang tersedia, aman, tak hanya untuk saat ini, tapi juga untuk masa depan. Saat ini, ada 3 isu kunci tentang sistem pangan berkelanjutan, yaitu Sustainable Agriculture, Nutritional Challenge, dan Food Loss and Food Waste.
Saat ini kontribusi gas rumah kaca, 1/3 nya berasal dari produksi makanan. Berdasarkan penelitian juga disebutkan bahwa jejak karbon dari produk-produk hewan juga lebih tinggi 10-50x dari produk-produk nabati.
Berbicara tentang makanan, saat ini Indonesia sedang memiliki beban malnutrisi ganda. Di satu sisi, 30% anak di bawah 5 tahun mengalami stunting, 10,9% anak di bawah 5 tahun mengalami kekurangan gizi. Sedangkan di saat yang sama 10,9% perempuan dewasa dan 6,3% laki-laki dewasa mengalami obesitas.
Isu lainnya yang perlu diperhatikan adalah sampah makanan yang bisa menjadi sumber gas metana, Indonesia berada di peringkat ke-8 dunia sebagai penghasil sampah makanan dan level tertinggi sampah makanan di Indonesia sendiri mayoritas berasal dari rumah tangga.
Lalu, sebagai konsumen, apa yang seharusnya dilakukan? Sedangkan kita sendiri memiliki pengalaman yang berbeda-beda terkait konsumsi makanan, bisa dari latar belakang budaya, sosial, dan sumber daya alam yang tersedia. Dan berdasarkan data yang ada, ada beberapa hal yang konsumen butuhkan dan harus lakukan, dan ini menjadi kampanye Eathink.
1. Konsumen perlu melakukan diet sehat. Kenapa harus diet sehat? Karena ternyata diet sehat itu bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dari penggunaan lahan, energi, dan air untuk ternak antara 40% hingga 75% pada tahun 2030. Untuk memulai diet sehat pun tidak harus mahal, karena bisa dimulai dengan makanan-makanan lokal dan musiman, makanan berbasis tumbuhan, dan berlabel natural atau alami. Untuk mengkampanyekan hal ini, Eathink melakukan beberapa hal, seperti menyajikan konten-konten edukatif, learning program dan community support.
2. Memperhatikan Food Label pada makanan, berapa kandungan gulanya, kalorinya, dan lain sebagainya. Untuk mengelanorasi kebutuhan konsumen akan hal ini, Eathink membuat Eathink Market yang mana mereka mengkategorikan makanan berdasarkan komposisi, fakta nutrisi, klaim dan sertifikat produk.
3. Mencegah Food Wasting dengan cara mengurangi sumber (melakukan meal planning, membuat daftar belanjaan, mengatur penyimpanan makanan, dan memasak dengan meminimalisir sampah).
4. Eathink mengganti narasi-narasi dengan kalimat yang lebih persuasif dan tentunya lebih bernada positif dan edukatif agar konsumen bisa lebih terbuka wawasannya dalam menerima ilmu terkait sustainable food.
Dari Siak untuk Bumi Indonesia
Narasumber kedua adalah Cerli Febri Ramadhani dari SKELAS adalah sebuah gerakan orang muda untuk mengembangkan inovasi produk lokal sehingga mewujudkan kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan bersama.
SKELAS mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Mempromosikan dan komunikasi membangun narasi pusaka lestari karena di Siak dikenal dengan Kota Istana yang memiliki sejarah budaya dan kerajaan serta memiliki banyak pusaka sejarah.
2. Sebagai inkubator, akselerator, dan agregator
3. Sebagai pusat data dan informasi.
Anggota SKELAS memiliki beragam latar belakang namun memiliki tujuan yang sama dalam SKELAS, beragam latar belakang anggota SKELAS ini mendukung kinerja SKELAS yang menjadi pusat gerakan kreatif yang dapat memicu orang muda lintas sektor dari government dan community. SKELAS percaya bahwa kolaborasi adalah gerakan yang bagus, tidak hanya dari komunitas, namun juga dari pemerintah.
SKELAS bertujuan memberikan ruang bagi orang muda untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi mereka secara kreatif dengan tetap mendukung visi Siak Hijau yang mengutamakan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.
Apalagi Kabupaten Siak seringkali mengalami kebakaran lahan gambut, dari kebakaran tersebut, muncul inisiatif bagaimana caranya memetakan potensi untuk mengkampanyekan agar lahan gambut tetap basah, dan orang-orang muda di Siak juga mencoba berinovasii membuat produk yang ramah gambut.
SKELAS juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata untuk mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat dan mengedukasi UMKM untuk berinovasi ke produk-produk yang ramah lingkungan.
Salah satu program dari SKELAS adalah KUBISA (Inkubasi Bisnis Lestari). KUBISA merupakan program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan usaha yang berbasis kelestarian lingkungan.
Salah satu produk yang masuk KUBISA adalah inovasi produk lokal minuman nanas bernama Puan Pina. Nanas yang berkualitas biasanya tumbuh di lahan gambut sehingga dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Produk lainnya yaitu Bolu Kemojo yang merupakan makanan khas dari Siak. Kemudian dalam inkubasi ini ada inovasi untuk memanfaatkan bekatul yang berasal dari sisa olahan padi dimana rendah gula dan glutenfree.
SKELAS juga menyediakan tempat promosi bernama Kantin SKELAS, tidak hanya produk hasil inkubasi saja, namun produk-produk dari UMKM lokal lainnya juga bisa dijual di kantin SKELAS.
SKELAS juga memiliki platform bernama Kawan SKELAS yang menjadi jembatan informasi tentang beragam ekonomi kreatif yang ada di Siak sehingga bisa diakses oleh orang-orang di luar Siak atau yang baru datang ke Siak dan ingin lebih mengeksplor Siak.
Bioenergy untuk Bumi Lestari
Narasumber ketiga adalah Amalya Reza dari Trend Asia. Trend Asia merupakan akronim dari Transformation of Energy and Sustainable Development in Asia. Trend Asia berdiri 4 tahun lalu dengan fokus isu Energy, Urban, dan Solution. Jadi Trend Asia tidak hanya mengelaborate permasalahan tapi juga mendorong solusi terkait permasalahan energi dan urban.
Terkait energi, Trend Asia konsen bagaimana mendorong transisi dari yang kotor ke energi terbarukan. Sedangkan terkait urban, seperti diketahui bersama, kehidupan masyarakat urban mengkonsumsi banyak energi sehingga ada kebutuhan membangun beragam industri untuk memenuhi kebutuhan kaum urban
Sedangkan terkait solusi, Trend Asia tidak hanya mendorong penggunaan energi terbarukan, tapi juga mendorong bagaimana suatu komunitas masyarakat bisa mengembangkan ekonomi berbasis komunitas atau socionomic.
Beberapa program Trend Asia yaitu berfokus pada hal-hal berikut:
1. Fossil Fuels
2. Bioenergy
3. Renewable Energy
4. Critical Minerals
Bicara tentang Bioenergi, Bioenergi merupakan suatu bentuk energi yang sumbernya dari material organik yang bisa terurai di alam, seperti tumbuhan, hewan atau sampah.
Selama ini, produksi listrik didominasi dari PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya, namun hasil dari pembakaran batu bara ini justru menghasilkan gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim dan bencana cuaca ekstrem.
Dalam dokumen NDC, Indonesia menyatakan komitmennya untuk memitigasi perubahan iklimyakni dengan rencana menurunkan emisi sebesar 31,89% dengan usaha sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional. Komitmen ini disesuaikan dengan perjanjian Paris di mana Indonesia telah berjanji untuk menjaga suhu bumi di bawah 1,5 derajat celcius. Salah satu cara untuk mencapainya adalah denganberhenti membakar batu bara untuk pembangkit listrik dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah ruah, seperti tenaga angin, matahari, mikrohidro, hingga tenaga ombak yang belum terjamah. Namun, alih-alih menggunakan energi terbarukan, pemerintah Indonesia lebih memilih menggunakan metode co-firing, yaitu mencampurkan batubara dengan biomassa berupa pelet kayu. PLN mengklaim ini menjadi transisi energi karena tidak perlu membangun pembangkit listrik yang baru.
Namun, ironisnya, pelet kayu ini berasal dari hutan yang tentunya dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk menjadi biomassa. Pembukaan hutan, kemudian pembuatan pelet kayu ini menimbulkan gas rumah kaca dalam jumlah besar, karena dibutuhkan 10,2 juta ton per tahun biomassa pelet kayu yang berasal dari 2,33 juta hektar lahan atau sebesar 35x.
Produksi pelet kayu ini tentunya akan menimbulkan deforestasi besar-besaran, dan ini berimbas pada terusiknya habitat satwa liar dan menimbulkan konflik lahan pada masyarakat adat dan masyarakat lokal. Belum lagi total emisi yang dihasilkan bisa mencapai hingga 26,48 juta ton karbondioksida/tahun. Mengerikan sekali kan dampak co-firing ini? Padahal kita masih sangat membutuhkan hutan, inilah yang mencoba untuk terus digaungkan oleh Trend Asia di mana kita masih bisa memanfaatkan energi yang berkelanjutan untuk pembangkit listrik.
Nah, itu dia semangat yang terus dipompa oleh para orang-orang muda untuk bumi Indonesia yang lebih hijau. Yuk, kita juga semangat untuk menjaga bumi ini, mulai dari diri sendiri dan bisa mulai dari yang kecil seperti membawa Tumbler, menghabiskan makanan agar tidak menimbulkan food waste, juga jangan lupa untuk selalu menghemat listrik. (*)
Posting Komentar