Judul : Anak Juga Manusia
Penulis : Angga Setyawan
Penerbit : Nourabooks, Jakarta
Tebal : 175 halaman
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Anak adalah anugerah indah yang diberikan Tuhan bagi para orang tua. Namun,
terkadang ada beberapa orang tua yang tidak mampu memahami jika anak adalah
anugerah, dan justru dipandang sebagai beban. Ini bisa dilihat dari beberapa
berita yang kerap tayang di televisi maupun tercetak di surat kabar tentang
orang tua-orang tua tak bertanggung jawab yang tega membuang bayinya atau
menyiksa anaknya karena alasan rewel.
Pertanyaannya
adalah apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar seorang anak itu nakal atau orang
tua tersebut yang belum siap untuk menjadi orang tua? Orang tua pastinya
berharap agar anak-anaknya menjadi anak yang baik, akan tetapi orang tua lupa,
apakah mereka sudah menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya atau belum.
Dalam
buku Anak Juga Manusia ini dibahas mengenai bagaimana memosisikan anak di dalam
keluarga dan bagaimana orang tua harus bersikap kepada anaknya. Banyak orang
tua menganggap jika anak yang nakal disebabkan karena kegagalan mereka mendidik
anak, padahal sebenarnya justru kegagalan itu sudah dirancang sendiri oleh
orang tua.
Bukan
hanya anak yang memiliki tugas untuk belajar, akan tetapi orang tua juga punya
kewajiban untuk terus belajar bagaimana untuk menjadi orang tua yang baik.
Banyak cara yang dapat orang tua lakukan, melalui browsing, membaca buku
parenting, ikut seminar dan pelatihan, konsultasi dengan konsultan pendidikan
anak, dan bukan orang tua tidak mampu melakukan itu semua, tetapi karena orang
tua tidak berusaha untuk mampu (halaman 4).
Anak
itu serupa kertas putih yang mana tergantung orang tua bagaimana akan menulis
atau menggambar di atasnya. Sejak anak kecil, orang tua seharusnya mampu
membangun kedekatan dengan anak. Lebih banyak mendengar daripada bicara, dan
buka hati agar anak nyaman dan bersedia untuk bercerita apapun kepada orang tua
(halaman 12).
Orang
tua yang tidak mampu menjalin kedekatan dengan anak, akan membuat anak merasa
jauh dengan orang tua sehingga lebih memilih bercerita pada teman-temannya.
Apabila teman-temannya baik tentu tidak masalah. Namun, apa jadinya jika anak
bergaul dengan teman dan lingkungan yang salah?
Orang
tua harus menyediakan waktu untuk anak. Peran orang tua sangat vital bagi
perkembangan anak. Orang tua adalah model bagi anak dan juga menjadi benteng
terakhir bagi anak (halaman 14).
Orang
tua seringkali menjejali anak dengan bermacam les dengan harapan anaknya akan
menjadi pintar dan serba bisa, akan tetapi orang tua juga sering lupa dengan
fondasi utama pendidikan anak yaitu, ‘Pendidikan Rumah’ yang juga menjadi salah
satu judul bab di buku ini.
Dalam
buku ini juga dijabarkan mengenai bagaimana orang tua harus bersikap untuk
menghadapi kemampuan anak. Setiap anak pastilah memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamaratakan kemampuan anak. Anak mendapat
nilai 50 dalam pelajaran Matematika bukan berarti anak tersebut bodoh? Karena
bisa jadi keunggulan kemampuan anak bukan di Matematika tetapi di Kesenian.
Oleh
karena itu, orang tua harus bisa membimbing anak untuk dapat menemukan dan
menumbuhkan kemampuan yang dimiliki anak dan jangan lantas mengucapkan
kata’bodoh’ atau ‘nakal’ pada anak, karena hal itu secara tidak langsung akan
masuk ke dalam alam bawah sadar si anak dan ia akan mengonsep dirinya jika ia
itu anak yang bodoh.
Masaru
Emoto, seorang peneliti dari Jepang, melakukan penelitian jika air memiliki
struktur yang bisa berubah bentuk sesuai yang kita pikirkan, katakan, atau
inginkan terhadap air itu atau sesuai bagaimana perasaan kita terhadap air
tersebut. Kemudian diketahui pula jika tubu manusia sebagian besar susunannya
adalah air, sehingga orang tua harus berhati-hati dengan apa yang diucapkannya
pada anak.
Apa
yang orang tua katakan pada anak, jika mereka percaya di level bawah sadarnya,
tubuhnya yang sebagian besar adalah air akan membentuk struktur yang mengikuti
apa yang diucapkan (halaman 43).
Orang
tua harus bisa mengonsep segala sesuatu yang positif dalam pikiran anak, jangan
biasakan membentak anak jika ia melakukan kesalahan atau tak bisa melakukan
sesuatu seperti yang orang tua harapkan, pahamilah hal tersebut sebagai proses
pembelajaran.
Thomas
Alva Edison, penemu bola lampu dan orang yang paling banyak mematenkan
penemuannya, ternyata ia pernah dikeluarkan dari sekolah karena dianggap bodoh
dan idiot. Namun, ibunya tak marah dan justru memeluk erat dan mengatakan pada
Thomas, ‘Nak, mulai saat ini, kamu akan belajar dengan Ibu’.
Nancy
Elliot, ibu Thomas Alva Edison, dengan sabar juga selalu menjawab pertanyaan
Thomas, jika dia tak mampu ia akan mengajak Thomas untuk menemui seseorang yang
dianggap bisa menjawabnya, atau ia akan mengajak Thomas ke perpustakaan untuk
mencari jawaban. Bahkan, pernah ibunya membantu Thomas mencari sebuah jawaban
di buku perpustakaan selama hampir satu bulan (halaman 87).
Dari
buku Anak Juga Manusia ini, memberikan pengetahuan bagi para orang tua untuk
bisa lebih memahami anak dan menjadi sahabat bagi anak. Buku ini sangat
dianjurkan untuk dibaca para orang tua dan juga para calon orang tua agar dapat
memahami lebih dalam bagaimana menjadi orang tua dan sahabat yang baik untuk
anak, karena anak juga ingin dimengerti. (*)
Aku setuju banget dengan pola asuh untuk tidak membentak anak, tetap semangat dalam mendidik anak tanpa otot
BalasHapusAnak adalah bagian dari diri orang tua..tanpa sadar ortu membentuk anak seperti yg ortu inginkan bukan membantu anak menemukan kebutuhannya..
BalasHapusKirain relate sama Sekolahnya Manusia Munir Chatib Mbak Icha.. ternyata karangan Angga Setyawan ya. Setuju sekali kl kenakalan anak itu sebenarnya kegagalan orang tua.
BalasHapusJadi inget beberapa film kekerasan yang ternyata sumber kekerasan si pelakunya ini dapet dari trauma pola asuh pas masih kecil. Duh, rasanya pengen meluk anak karena masih suka engga sesuai dalam mendidik
BalasHapusUdah lama nggak baca buku parenting. Saya screenshoot untuk wish list bacaan pas senggang nanti. Ngerasa banget jadi ortu kayaknya ga bisa berhenti belajar terus. Padahal ini anak masih satu dan masih kecil pula. Gimana nanti kalau lebih dari satu dan beranjak remaja/dewasa.
BalasHapusTrims rekomendasi bukunya kak icha, penting banget nih buat calon orang tua agar belajar menjadi orang tua & sahabat yang baik bagi anak
BalasHapusKeren bukunya ya kak. Aku selalu takjub dengan ibunya Alfa Edison kak, dan penelitian Masaru emoto juga selalu jadi pengingat buatku agar tidak melabel anak yang jelek.
BalasHapusnah iya bener banget mba, apalagi zaman dulu ya ilmu parenting masih dikit banget yang tahu. nah sekarang makin banyak nih ilmu parenting yang bisa diserap. keren ih bukunya, pengen baca. makasih reviewnya mba
BalasHapusBuku yang menarik untuk menjadi bacaan para orang tua, khususnya saya yang sering merasa gagal ngadepin anak sulung
BalasHapusAnak adalah cerminan dari orang tua, bagaimana anak tumbuh tergantung dengan bagaimana orang tua memperlakukan dan mendidiknya. Buku Anak Juga Manusia layak banget dibaca oleh orang tua atau calon orang tua
BalasHapusAnak juga punya hak asasi yang harus diakui, ddengar, dan dihargai. Sayangnya, di negeri ini, bargaining position anak masih lemah.
BalasHapusibunya thomas alva edison panutan banget yah, keren banget
BalasHapussemoga bisa meniru kelapangan hati untuk menerima kekurangan anak yang bisa jadi kelebihan tak terduga
Wajib aku beli dan baca nih buku, agar aku bisa jadi orang tua yang baik karena jika kita mendidik dengan baik dan benar maka akan berpengaru juga terhadap pertumbuhan anak juga
BalasHapusSaya salut sama ibunda kang Thomas A.Edison..ilmu parentingnya luar biasa dalam memotivasi anak pdhal orang jmn dulu ya ,,heuheu patut dicontoh nih
BalasHapusSudah tercerahkan beliau ya sebelum datangnya ilmu-ilmu parenting begini..
Hapus