Judul Buku : Selena
Penulis : Tere
Liye – Diena Yashinta (Co-Author)
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun :
2020
Tebal :
368 halaman
Selena merupakan buku ke-8
dalam seri Bumi, di buku ini akan diungkap tuntas mengenai siapa sebenarnya
sosok Selena atau Miss Keriting, guru Matematika di sekolah Raib, Seli, dan
Ali.
Kisah dalam buku ini bermula
tatkala Jem, ibunda Selena meninggal dunia. Atas wasiat Jem, Selena pun diminta
menemui pamannya, Raf yang tinggal di kota Tishri. Hidup Selena yang awalnya begitu
miskin dan tersisih dari kemajuan zaman ketika berada di distrik tempatnya
tinggal, berubah drastis ketika ia tinggal bersama Paman Raf, Bibi Leh, dan
kelima sepupunya Am, Im, Um, Em, Om.
Selena adalah satu dari sekian
banyak penduduk klan bulan yang memiliki kekuatan. Akan tetapi kekuatan
tersebut tidak pernah muncul maksimal, hingga ia sering mendapat perlakuan
tidak menyenangkan tatkala gagal memunculkan kekuatannya itu.
Paman Raf yang memiliki
perusahaan konstruksi memperkerjakan Selena di penggalian dan pemasangan lorong
kereta bawah tanah, hingga kemudian Selena mendaftarkan diri ke Akademi Bayangan Tigkat
Tinggi (ABTT), namun gagal.
Selanjutnya Tamus datang dan
menawarkan bantuan pada Selena agar bisa masuk ke ABTT. Sebagai gantinya Tamus
meminta Selena untuk melakukan beberapa tugas. Selena tak sadar, bahwa
tugas-tugas dari Tamus yang ia laksanakan itu menjadi awal dari semua petaka.
Selena,
Keberanian, dan Ingatan Fotografis
Membaca Selena kita akan dibawa
masuk ke dalam sebuah cerita yang sangat detil dan runtut. Seolah-olah kita
diajak berkelana bersama ingatan fotografisnya.
Semua yang ia lihat, yang ia
sentuh, yang ia dengar, semuanya ditulis begitu detil di buku ini. Dan tak bisa
dipungkiri, cerita yang diungkapkan terlalu detil memang membuat pergerakan bab
demi bab terasa lambat.
Namun, hal ini tak dapat
dihindari juga, karena seorang Selena memang memiliki kelebihan ingatan
fotografis dan pandangan mata yang tajam. Maka semua yang ia lihat akan terekam
dalam ingatannya, begitu kuat, begitu detil.
“Kamu
memang tidak pandai menghilang atau menguasai teknik Klan Bulan lainnya, tapi
matamu setajam elang Pegunungan Berkabut. Ingatanmu sekuat gurat air di
sungai-sungai jauh. Kamu punya bakat hebat” (halaman 9).
Sosok Selena muda, remaja
berambut keriting yang berani, keras kepala, dan siap melanggar peraturan kapan
saja, akan mengingatkan kita pada sosok Merida dalam animasi Disney berjudul Brave.
Dilihat dari tampilan fisik dan
usianya, sosok Selena dan Merida remaja yang memiliki rambut keriting tentunya
sangatlah mirip. Begitu juga dengan keberanian, serta sikap keras kepala dan
masa bodoh dengan aturan.
Bedanya, Merida terlahir dari
keluarga kerajaan, sedangkan Selena berasal dari kalangan rakyat jelata di Klan
Bulan.
Asal-usul Selena yang bukan
berasal dari keluarga kaya atau bangsawan inilah yang membuat kemunculan Mata dan
Tazk dalam lingkaran persahabatannya menjadi perpaduan yang pas.
Mata dengan asal-usul darah
murni pewaris Klan Bulan, juga Tazk yang memiliki kakek seorang mantan Panglima
Pasukan Bayangan. Hal ini membuat persahabatan mereka terlihat sempurna.
Ibu
Kota Sentris dan Ketimpangan Sosial
Selain di Akademi Bayangan
Tingkat Tinggi (ABTT), latar kisah Selena muda di buku ini berlangsung di kota
Tishri, ibu kota Klan Bulan.
Kota Tishri seolah menjadi
gambaran betapa kemajuan teknologi itu ada, namun ketimpangan sosial juga tak
kalah nyata. Adanya sekat perbedaan antara Kota Tishri bagian bawah tanah dan
Kota Tishri bagian permukaan menjadi contohnya.
Pembagian wilayah di dalam Kota
Tishri ini layaknya kita ketika memandang banyak kota-kota besar di dunia ini
memiliki kemegahan dan hal-hal yang menakjubkan, padahal sebenarnya kota-kota
besar tersebut juga memiliki sisi gelap yang jarang dipertontonkan pada
dunia.
Seperti Kota Tishri
permukaannya diisi rumah-rumah balon di atas tiang, dihuni untuk kalangan elite.
Sedangkan di bagian perut bumi untuk kelas menengah ke bawah.
Ketimpangan sosial ini tidak
hanya terjadi di dalam Kota Tishri saja, namun juga di Klan Bulan pada umumnya.
Dari cerita Selena, bisa diketahui jika Kota Tishri sebagai ibu kota memiliki
sisi modern yang bergerak dengan teknologi tinggi.
Berbeda dengan Distrik Sabit
Enam, kampung halaman Selena. Meskipun sama-sama dalam Klan Bulan, namun
perbedaannya begitu nyata. Termasuk juga ketakjuban Selena ketika menerima
9.900 Kredit sebagai gaji pertamanya bekerja pada Paman Raf.
“Aku
menelan ludah. Sebaliknya seumur-umur aku beum pernah melihat uang sebanyak
ini. Dulu. Ibu terpaksa meminjam uang dari tetangga sebanyak 275 Kredit untuk
membayar tunggakan listrik kami, agar listrik kami tidak dipadamkan.” (halaman
53).
Klan Bulan ini mengingatkan
kita pada Indonesia, dimana selama ini, pembangunan, teknologi, dan kemajuan
berpusat di ibu kota Jakarta, melupakan tanah-tanah lain yang gersang dan tak
tersentuh kemajuan.
ABTT,
Kawah Candradimuka Tiga Sahabat
Novel bertajuk Selena ini
mayoritas bercerita tentang kehidupan Selena saat di Akademi Bayangan Tingkat
Tinggi. Bagaimana perkuliahannya, siapa saja dosennya, dan bagaimana ABTT ini
membentuk Selena, Mata, dan Tazk menjadi petarung serta pengintai yang ulung.
ABTT serupa kawah candradimuka
bagi Selena, Mata, dan Tazk dimana menjadi tempat yang sangat berpengaruh dalam
peningkatan kemampuan mereka.
Akademi Bayangan Tingkat Tinggi
diceritakan terletak di Lembah Gajah. Entah kenapa ini mengingatkan pada salah
satu universitas terbaik di Indonesia, Universitas Gajah Mada.
Entah kebetulan atau tidak,
Penggambaran ABTT mirip dengan UGM, selain terletak di kawasan yang rimbun,
jauh dari ibu kota negara, juga di dalam UGM terdapat kawasan bernama ‘Lembah
UGM’.
Aktifitas perkuliahan Selena,
Mata, dan Tazk menjadi paling banyak yang diceritakan. Memang terkesan
membosankan karena pembaca diajak mengikuti cerita rutinitas yang berulang
dalam beberapa bab.
Latar tempat hanya
berputar-putar di asrama, ruang kelas dan kantin. Apalagi tidak ada masalah dan
persoalan yang benar-benar membuat adrenalin pembaca berdegup kencang, karena
mayoritas masalah Selena, Mata, dan Tazk hanya berkisar pada mata perkuliahan
dan nilai-nilai mata kuliah saja.
Untungnya kisah rutinitas ini
mulai terasa menarik ketika Selena harus mengikuti mata kuliah ‘Malam dan Misterinya’,
karena mata kuliah ini menjadi pondasi petualangan-petualangan Selena
selanjutnya.
Terlepas dari kisah Selena di
Akademi Bayangan Tingkat Tinggi yang tidak terlalu menggugah adrenalin, namun
setiap detil yang dikisahkan Selena terasa penting dan patut untuk diingat,
karena semuanya akan saling berkaitan dalam kisah selanjutnya tentang Klan
Nebula. (*)
Judul Buku : Nebula
Penulis : Tere Liye – Diena Yashinta (co-author)
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun :
2020
Tebal :
376 halaman
Jika ingin membaca buku ke-9,
Nebula. Maka sangatlah penting untuk membaca buku ke-8, Selena, terlebih dulu.
Karena semua petualangan yang ada di novel Nebula, memiliki keterkaitan erat
dengan cerita Selena, Mata, dan Tazk selama di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi.
Bahkan, hal ini juga dicantumkan penulis di halaman awal
buku. ‘Catatan: Kalian sebaiknya telah
membaca buku SELENA sebelum membaca buku NEBULA.’
Dibandingkan buku Selena, maka
buku Nebula ini memiliki petualangan yang lebih seru dan membuat penasaran. Di
buku ke-9 ini, Selena, Mata, dan Tazk masuk ke tahun keempat perkuliahan di
ABTT, di buku ini juga perlahan terungkap perasaan tiga sahabat ini.
Tak hanya itu saja, ambisi
Selena yang ingin bertualang ke klan lain, membuatnya harus memecahkan beragam
teka-teki hingga ia mendapatkan kunci untuk membuka portal antar klan.
Pembaca juga seolah diajak
untuk merasakan betapa mendebarkannya menjadi seorang pengintai, harus keluar
masuk ruangan, bersembunyi, dan mendapatkan petunjuk yang dicari dengan beragam
cara.
Dalam buku Nebula ini akhirnya
dimulai petualangan Selena, Mata, dan Tazk melewati portal menuju Klan Nebula.
Sebuah petualangan yang menguji persahabatan mereka.
Nebula
dan Kata yang Akrab di Telinga
Membaca Selena dan Nebula
seakan membawa kita masuk ke dalam imajinasi dunia paralel yang terasa nyata,
dimana banyak kata dan ungkapan yang akrab di telinga.
Jika di novel Selena, beberapa
kata yang akrab seperti tim bola terbang PAR-SIB, PAR-SIJA merujuk pada tim
sepak bola PERSIB dan PERSIJA. Pada Nebula terdapat ungkapan-ungkapan tugas
akhir perkuliahan yang juga muncul, seperti scriptie
yang bisa dipastikan padanan kata skripsi.
Tak hanya ungkapan atau nama
tim bola dan tugas akhir. Nama-nama orang terkenal pun dijadikan rujukan dalam
penulisan novel ini.
Seperti halnya dalam buku
Selena, disebutkan nama Ter-E Liy-E sebagai pengarang yang novelnya sedang
dibaca oleh Mata. Maka, di buku Nebula juga ada penyebutan ing HBB sebagai dosen mata kuliah ‘Teknologi dan Rekayasa’ di kelas
Selena, yang akan mengingatkan kita pada sosok Almarhum BJ. Habibie.
Selain beberapa nama yang
familiar di telinga tersebut, ada juga penyebutan nama boyband ECHO yang mirip
dengan boyband Korea EXO. Namun, ternyata, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh ECHO
lebih merujuk pada boyband BTS.
Jika BTS memiliki lagu ‘Love
Your Self’ dan ‘Fake Love’, maka ECHO memiliki lagu ‘Cintai Dirimu Sendiri’ dan
‘Cinta Palsu’. Bahkan untuk lirik ‘Cinta Palsu’ yang dinyanyikan ECHO mirip dengan terjemahan lagu ‘Fake Love’ dari
BTS.
“Aku
menatap potongan video klip dengan sembilan anggota boyband sedang menari dan
subtitle lirik lagu di bawahnya: ‘Jika itu untukmu aku bisa. Berpura-pura
bahagia bahkan ketika aku sedih. Jika itu untukmu aku bisa. Berpura-pura
menjadi kuat bahkan ketika aku terluka’.” (halaman 9-10).
Lirik ini sangatlah mirip
dengan terjemahan lagu Fake Love dari BTS berikut:
Neol wihaeseoramyeon nan
(Jika
itu untukmu)
Seulpeodo gippeun cheok hal
suga isseosseo
(Aku
bisa berpura-pura bahagia bahkan ketika aku sakit)
Neol wihaeseoramyeon nan
(Jika
itu untukmu)
Apado ganghan cheok hal suga
isseosseo
(Aku
bisa berpura-pura kuat bahkan ketika aku terluka)
Penggunaan
lirik terjemahan dari BTS ini bisa jadi karena penulis menganggap pembaca Novel
Tere Liye memang sudah akrab dan banyak menggemari lagu-lagu Korea, terutama
dari boyband BTS yang sedang naik daun.
Selain
itu, penggunaan lirik tersebut bisa juga sebagai upaya untuk lebih menghidupkan
dunia Paralel dalam imajinasi pembaca, antara Klan Bulan yang diwakili ECHO dan
Klan Bumi yang diwakili BTS.
Belajar
Kesederhanaan dari Klan Nebula
Sesampainya di Klan Nebula,
Selena, Mata, dan Tazk disuguhi pemandangan yang jauh berbeda dari Klan Bulan.
Jika Klan Bulan selalu berlomba menemukan teknologi-teknologi baru. Maka Klan
Nebula hidup sederhana tanpa adanya teknologi.
“Kami
hidup sederhana di Klan Nebula. Kami tidak membutuhkan teknologi dan
pengetahuan itu, apalagi kekuatan. Klan ini damai dan tenteram.” (halaman 289)
Ya, begitulah kehidupan di Klan
Nebula, mereka merayakan kehidupan yang bersahaja, menyayangi kehidupan dan
menghormati alam sekitar.
Seringkali, kemajuan teknologi
memang melenakan manusia, setiap hari manusia terlalu mengandalkan gadget tanpa tahu ada apa di sekitarnya.
Seperti yang dikatakan Kosong,
“Semakin
maju teknologi, memang semakin banyak waktu yang dihemat manusia, tapi kualitas
hidup mereka menurun. Waktu dan kemudahan hanya digunakan untuk hal sia-sia,
memelototi gadget di tangan.” (halaman 299)
Belajar
dari Kesalahan-Kesalahan Selena
Di buku ke-8, meskipun cerdas, Selena
digambarkan sebagai biang onar dan kerap bikin sebal, dan di buku ke-9 ini,
perkembangan watak Selena dibuat menjadi kian menyebalkan. Ada beberapa
kesalahan Selena yang bisa menjadi pembelajaran untuk pembaca.
Pertama.
Ambisius.
Meski sudah diperingatkan Ox dan Bibi Gill untuk tidak mencari portal menuju
Klan Nebula, Selena tak mengindahkan hal tersebut. Ia tetap bersikukuh
mencarinya bersama Mata dan Tazk. Termasuk juga ketika Tazk memperingatkan
Selena agar tidak mengambil cawan keabadian, namun Selena menganggap semua
peringatan itu hanya angin lalu.
Kedua.
Tidak
Peka. Selama ini Selena memiliki mata yang tajam bagai elang, tapi hatinya
justru sebaliknya. Selena tidak bisa memahami perasaan Tazk dan Mata. Selena tidak
peka dan terlalu sibuk dengan perasaannya sendiri.
Ketiga.
Terbutakan
Cinta. Selena terlalu naif memandang suatu hubungan, hingga ia pun terbutakan
cinta yang mengakibatkan munculnya sikap egoisme dan pengkhianatan dalam
dirinya. Selena tak sadar sikap tersebut menjadi kunci pembuka sebuah
kehancuran besar.
Berbicara tentang kesalahan di
novel ini. Ada kesalahan yang entah disadari atau tidak oleh penulis.
Pada halaman 129, Saat Selena duduk
berdua bersama Tazk di kantin, Tazk menanyakan tentang renovasi Tower Sentral.
Dan saat itu Selena terkejut karena Tazk tahu tentang renovasi tersebut. Tazk
juga mengatakan bahwa ia mendengar dari perbincangan Selena dengan Mata dan Ev.
Padahal, jika kembali ke halaman
99, ketika Selena duduk bersama Tazk di kereta terbang menuju Kota Tishri. Ada
percakapan antara Selena dan Tazk yang menyebut renovasi Tower Sentral.
“Kamu
sendiri akan berlibur kemana?”
“Mungkin
menghabiskan waktu di Perpustakaan Sentral. Atau mungkin membantu paman Raf.
Dia mengerjakan proyek renovasi di Tower Sentral.”
(halaman
98-99).
Tentunya agak aneh bukan jika
selanjutnya Selena terkejut saat Tazk bertanya tentang proyek tersebut. Entah
Selena lupa atau ia terlalu terlena dan tak menyadarinya karena terpesona
dengan wajah tampan Tazk.
Terlepas dari beberapa
kekurangan yang ada di novel Selena dan Nebula. Kedua novel ini layak untuk
dibaca, terutama untuk para penggemar serial Bumi. Hal ini karena novel Selena
dan Nebula ini menjadi pembuka banyak rahasia, tak hanya tentang asal-usul
Selena, tapi juga asal-usul Raib.
Kedua buku ini juga menjadi
pintu gerbang petualangan baru di Klan Aldebaran, sebuah petualangan yang layak ditunggu. (*)
Hallo mba Icha salam kenal. Sya baru ngeh mba Richair89 di grup BW asik ya mba Icha ini, hehehe. Wah mbak jeli banget melihat kesalahan penulis dalam menyambungkan cerita mengenai pembangunan tower sentral. Mungkin proses editingnya dalam pembuatan buku ini juga kurang jeli ya mba.
BalasHapusBelum juga sempat baca kedua novel ini. Butuh waktu khusus dan keseriusan, karena sudah pasti ketagihan dan gak bisa disela. Wkwkwk.
BalasHapusUdah pengen baca dari lama tapi blm kesampaian juga buat baca buku ini. Jadi makin penasaran, banyak review yang bilang bagus meskipun ada miss sedikit. Thanks for sharing mba
BalasHapusWuah detailnya resensi mbak ichq. Aku blm baca serial bumi yg tere liye...punya buku bumi blm khatam2 karena genrenya fantasi yg membuatku susah sulit khatamnya hehe. Ternyata seru jg euy ikut deg2an dan ngebayanin kaya sekolah pahlawan super ya abtt itu
BalasHapusNovel fiksi ilmiah seperti ini masih jarang-jarang di Indonesia, makanya salut banget sama Tere Liye deh.. Apalagi bukunya tetralogi kan
BalasHapusBukunya bagus2 nih, mesti masuk ke dalam list buku yg mesti dibeli berikutnya. Saya tuh paling senang Kl diajak ke toko buku, seneng banget milih2 buku,
BalasHapusTereliye selalu bikin kita betah lama2 baca bukunya. Eh, kemarin aku belum selesai baca bukunya, perpus umum keburu tutup gegara pandemi. Huhu.. Mau baca di ipusnas tapi lebih suka buku fisik ya.
BalasHapusselalu suka sama karya tere liye. belum baca yang selena dan nebula ini. tapi sudah bisa tahu isinya dari reviewnya mbak Icha. cakep jadi pengen beli. hehe
BalasHapusSudah lama banget saya gak baca buku dan jadi penasaran sekali dengan buku ini, apalagi detail banget penulis novelnya menceritakan setiap bagian ya, seru pastinya
BalasHapus