Saat di rumah saja di masa
pandemi seperti sekarang ini tentunya hubungan antara orangtua dan anak semakin
dekat. Apalagi untuk orangtua yang Work
From Home pasti lebih punya banyak waktu untuk anak yang juga sedang
belajar di rumah. Ada banyak hal yang bisa dilakukan orangtua saat membersamai
anak di rumah. Bagi yang memiliki anak usia sekolah, orangtua tak hanya
memantau saja, tapi juga bisa menemani anak belajar menulis dan membaca.
Lalu, untuk orangtua yang
memiliki anak balita, kira-kira apa yang bisa dilakukan? Salah satunya adalah
dengan membersamai si kecil melakukan toilet
training. Sebenarnya bagaimana sih cara dan kapan waktu yang tepat mengajak
anak toilet training? Berikut ini
adalah kisah saya saat membersamai Ayya toilet
training satu tahun yang lalu.
Satu tahun yang lalu, tepatnya
saat Ayya berusia 25 bulan, saya mulai mengajak Ayya toilet training. Awalnya saya ingin menerapkan toilet training di
usia Ayya 24 bulan, tapi setelah berdiskusi dengan Abinya, kami memundurkan
jadwal toilet training Ayya di usia
25 bulan. Hal ini karena di usia 24 bulan, kami menyapih Ayya, jadi kami nggak
mau Ayya terlalu kaget dengan perubahan gaya hidupnya yang cukup drastis.
Kapan
sih Waktu yang Tepat untuk Toilet
Training?
Pada umumnya, anak sudah bisa
diajarkan toilet training sejak usia
18 bulan. Lalu kenapa saya nggak memulai toilet
training pada Ayya di usia itu? Jawabannya adalah saya melihat Ayya belum
siap, termasuk saya juga belum memiliki kesiapan untuk menghadapi toilet training.
Ketidaksiapan saya di sini
lebih pada saya belum punya pengalaman mengajarkan toilet training pada anak, dan saya juga belum memiliki pengetahuan
yang mumpuni tentang toilet training. Istilahnya,
seperti saya mau maju lomba matematika, tapi saya belum belajar banyak rumus.
Maka dari itu, memiliki waktu
beberapa bulan sebelum memulai toilet
training, saya mulai browsing dan
bertanya ke teman-teman sesama ibu yang sudah sukses mengajarkan toilet training untuk anaknya.
Meski sudah mendengarkan banyak
pengalaman, ternyata tidak semuanya bisa saya aplikasikan pada Ayya. Ya, ini
karena setiap anak berbeda-beda. Maka dari itu, seorang Ibu harus bisa terlebih
dahulu memahami anaknya, metode toilet
training seperti apa yang sekiranya cocok diterapkan pada anak.
Memulai
Toilet Training
Hari itu, pertama kali saya
memulai toilet training pada Ayya. Saya
sudah berencana untuk mengajak Ayya bermain di rumah saja selama 2 minggu,
kalau Ayya mau main ke luar, maka anak tetangga dan sepupunya Ayya yang saya
minta buat datang ke rumah.
Saya siapkan perlak melapisi
tempat tidur Ayya, jadi setiap hari, selama 2 minggu, dia hanya beraktifitas di
kamar beralaskan perlak. Kenapa begitu? Ini agar lebih mudah memantau frekuensi
Ayya saat buang air kecil, dan untuk menghindari Ayya ngompol di rumah
tetangga, hehehe.
Untungnya Ayya nurut-nurut aja,
yang penting banyak mainan di depannya, dan karena cara ini juga, gak ada
cerita saya ngepel rumah karena ompolnya Ayya berceceran. Semuanya aman
terkendali karena posisinya selalu di atas perlak, dan karena masih hari-hari
pertama toilet training, Ayya belum
bisa mengatakan mau pipis atau pup.
Perhatikan
Frekuensi BAK Anak
Sejak Ayya memulai toilet training, saya mulai
memperhatikan frekuensi Ayya saat BAK. Jadi, awalnya saya mengajak Ayya ke
kamar mandi satu jam sekali. Tapi ya Ayya nggak langsung mau pipis. Saya pernah
menunggu 45 menit di kamar mandi, tapi Ayya nggak pipis juga, eh, waktu sampai
kamar malah langsung pipis.
Tapi ya saya nggak menyerah
gitu aja, saya tetap mengajaknya ke kamar mandi 1 jam sekali di minggu pertama,
kemudian 2 jam sekali di minggu kedua, 3 jam sekali di minggu ketiga, dan 4 jam
sekali di minggu keempat. Alhamdulillah lambat laun, Ayya mulai tahu kapan ia
harus pipis, dan di bulan kedua masa toilet
training, saya mulai memperbolehkan Ayya main ke rumah tetangga, namun
beberapa jam sekali tetap saya jemput buat diajak ke toilet.
Bertahap
Saat Ayya memulai toilet training ini, saya pernah tergoda
membeli clodi pants, celana dengan
bahan tebal yang bisa membantu anak saat toilet training, inginnya sih saat
anak buang air kecil, ia akan kerasa nggak nyaman dan akhirnya bilang mau pipis.
Tapi ternyata, justru karena
bahannya tebal, Ayya malah nyaman-nyaman aja dan nggak bilang kalau udah pipis
di celana. Akhirnya strategi saya ganti, saya nggak lagi memakaikan Ayya clodi pants, tapi saya memakaikan Ayya
celana kain biasa.
Oh ya, toilet training yang Ayya lakukan ini bertahap. Saya memulainya
dengan memakaikan celana kain saat pagi sampai sore, kemudian setelah mandi
sore mulai menggunakan diapers. Semakin bertambahnya waktu, penggunaan diapers
mulai saya kurangi secara bertahap.
Yang awalnya menggunakan diapers
sejak pukul 4 sore, mulai saya kurangi jadi pukul 6 sore, kemudian 7 malam,
hingga digunakan saat mau tidur. Setiap bangun tidur, saya juga cek, ada nggak
pipis Ayya di diapers.
Awalnya ada cukup banyak, lambat laun berkurang, semakin
sedikit, dan setelah 1,5 bulan menjalani toilet
training saya mulai berani mengajak Ayya pipis ke toilet saat tengah malam.
Lakukan toilet training secara bertahap, ingat, seperti halnya orang dewasa, anak
butuh waktu mempelajari hal-hal baru, jadi tak perlu diburu-buru.
Perlu
Nggak Membeli Potty Training?
Dulu saya pernah tergoda juga
mau membeli potty training, apalagi
bentuk dan warnanya lucu-lucu. Namun akhirnya saya urungkan untuk membelinya.
Saya khawatir kalau belajar toilet
training menggunakan potty training
nanti Ayya malah menjadi kebiasaan dan khawatir dia gak mau menggunakan toilet
konvensional, kan jadi repot.
Tapi kembali lagi ya ke pribadi
masing-masing orangtua, menggunakan potty
training bagus, enggak pun juga tak apa-apa. Yang perlu diingat adalah, saat
toilet training, orangtualah yang paling
dibutuhkan oleh anak.
Sabar
dan Konsisten
Membersamai anak menjalani toilet training yang dibutuhkan adalah
kesabaran. Selain itu, orangtua juga harus konsisten untuk selalu mengajak anak
ke toilet secara berkala. Beberapa kali saya kecolongan Ayya udah pipis duluan
di atas perlak, kesal pasti dan pengen marah rasanya, tapi suami kemudian
menyabarkan saya dan mengatakan bahwa anak masih belajar, yang dibutuhkan
adalah diberi pengertian.
Sounding Setiap Saat
Sesungguhnya anak balita mampu
memahami apa yang orangtuanya sampaikan, yang penting dilakukan perlahan. Maka
dari itu, setiap saat saya selalu ngobrol dengan Ayya dan bilang kalau mau pipis
dan pup harus ke toilet.
Saat Ayya berhasil pipis dan
pup di toilet, maka saya akan langsung bertepuk tangan dengan berkata kalau
Ayya pintar. Semangat dan penghargaan seperti itu ternyata manjur untuk Ayya.
Jangan
Dibandingkan
Setiap anak memiliki masa toilet training masing-masing, mungkin
ada yang cepat, atau ada yang lambat. Yang pasti, orangtua jangan buru-buru
membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain yang sudah lulus toilet training.
Jika anak lain ada yang lulus toilet training 2 minggu atau 1 bulan, Ayya
sendiri menjalani masa toilet training selama
3 bulan penuh, dan akhirnya di usianya ke 28 bulan, Ayya benar-benar lepas
diapers siang dan malam.
Karena saat toilet training Ayya terbiasa saya ajak ke toilet di tengah malam, maka saat sudah lulus toilet training, saat tengah malam dan ingin pipis atau pup, Ayya akan
terbangun dan membangunkan saya. Alhamdulillah selama setahun ini lepas diapers
Ayya hanya mengompol sekali, itupun saat ia sakit dan panas tinggi.
Melihat anak yang berhasil
lulus toilet training rasanya lega dan
terharu banget. Akhirnya kami bisa menghadapi tahapan ini bersama-sama.(*)
Kereeeen mommy ayyaaa. . Arbi juga udah mulai masa tt nih. . Tapi emaknya yang belum siap. . Kudu training emaknya dulu nih
BalasHapusmakasih mb sangat membantu tulisannya,karena dari kemarin2 lagi nyari info tentang tt yg tepat gimana..
BalasHapusTentang toilet training ini beneran deh jangan suka membanding-bandingkan dengan anak lain, kasihan banget.
BalasHapusNggak cuma kasihan dengan anaknya Kasihan juga dengan ibunya sebenarnya. Salah satu keponakan yang sudah kelas 2 SD masih menggunakan diapers sebenarnya itu beban mental bagi ibunya juga
Artikelnya bermanfaat banget, izin share buat kakak saya ya kak, sampai sekarang masih belum nemu metode yang tepat beliaunya hehehe
Record toilet training si sulung paling cepat kak. Cuma 3 hari udah lulus siang hari. Cuma pake diapers saat tidur malam. Tapi malam saya bangunkan ke toilet. Seminggu latihan di malam hari ia pun lulus. Tapi anak cowok agak lambat ya kak. Entahlah, anak perempuan yang dua lancar, yang cowok usia paud kalo malem masih sering bolak-balik dibangunin. Kadang kebablasan. Hiks
BalasHapusMasya Allah mudah banget Mbak proses Toilet trainingnya Ayya. Saya sudah memulai sejak anak usia 16 bulanan, sampai sekarang anak sudah 3,5 tahun belum sukses. Pipis sudah bisa sih ke toilet, tapi masih seringnngewes di celana. Begitu juga ketika pup, lebih sering di celana.
BalasHapusAlhamdulillah karena #dirumahaja anak saya malah bisa lepas popok juga mbak. Sebelumnya dititip di daycare saya yang selalu parno takutnya ngompol di sana makanya dipakain diapers. Syukurlah ada hikmahnya sekolah dan daycare diliburkan 😁
BalasHapusJadi inget momen toilet training bocah. Kalo lupaaa aja sehari, mulai balik lagi pake diapers. Dan emang paling sulit itu untuk konsisten. Mau ngga mau harus diinget terus biar ga balik pake diapers lagi
BalasHapusSaya 4 anak beda² kisah TTnya. Kakak²nya pd cepet semua, usia 1 tahun rata² udah lulus. Nah si bungsu nih sekarang sampe 2,5 thn lebih juga belum. Kemanjaan x yaa banyak permisifnya saya haha
BalasHapusemang enggak mudah ya mba untuk toilet training, harus sabar. karena ponakan saya juga begitu, untuk pipis udah bisa tapi pup paling sulit hihi. lama-lama juga anak-anak paham ya asal terus diajari.
BalasHapusWah, saya baru tahu kalau ada istilah toilet training begini. Memang dari usia 2 tahun anak perlu dikenalkan dengan toilet ya Mbak.
BalasHapusWah, dapet ilmu baru nih per toilet training
BalasHapusternyata sudah mulai usia 18 bulan bisa dilakukan tt ya
tapi ya kembali lagi pada kesiapan anak
Ternyata butuh perjuangan ya untuk melatih anak agar paham kapan waktunya ke kamar mandi... Tipsnya perlu ditiru ini kedepannya
BalasHapusMenunggu 45 menit di kamar mandi? Luar biasa sabar,Mbak. Adek ngga bosan selama 45 menit? Atau sambil mainan?
BalasHapusMinggu ini saya berencana menerapkan toilet training untuk batita saya. Semoga istiqamah seperti menyapihnya setahun yang lalu..
aku belum ada pengalaman sama sekali tentang toilet training, tapi semoga setelah baca ini setikit paham. dan ternyata untuk melatih anak tidak mudah.
BalasHapusTiap anak emang beda² ya kelulusan TT nya, si ragil saya udah lulus tp kadang² masih lupitaaa hehe...
BalasHapus