Saya dan suami termasuk
orang yang menikah dalam kondisi tak memiliki pekerjaan tetap. Kami berdua
menikah di usia muda dengan modal cinta dan keyakinan bahwa menikah akan
membuka pintu rejeki.
Kami menikah beberapa
bulan selepas wisuda pascasarjana, meskipun sama-sama bergelar magister, kami
belum memiliki pekerjaan tetap. Penghasilan yang kami dapatkan hanya dari
menjadi penulis freelance. Kami benar-benar melewati masa dimana harus
menghemat, menghemat dan menghemat.
Setelah dua bulan
menikah, saya dinyatakan positif hamil. Saat itu kami ada dalam keadaan dimana
kebahagiaan dan kecemasan menjadi satu. Bahagia karena akan hadir buah hati
dalam keluarga kecil kami, di sisi lain, kami cemas dengan masa depan keuangan
keluarga kami.
Demi Masa Depan Lebih Baik (Foto: Pixabay + Repro) |
Kami akhirnya bekerja lebih
keras lagi, mencari lowongan pekerjaan sampingan yang lebih banyak lagi. Tak
jarang usaha kami menemui jalan buntu, hingga saya merasa putus asa dan
menangis, saya merasa takut dengan masa depan keluarga kami, masa depan anak
kami. Tapi suami selalu menguatkan bahwa kami tak boleh menyerah, menikah tak
hanya soal kebahagiaan bersama, tapi juga tentang perjuangan bersama.
Hingga satu tahun
setelah kami menikah, suami saya diterima sebagai pegawai negeri sipil dan saya
masuk dalam tim penulis skenario sinetron. Perlahan tapi pasti, keuangan kami
mulai membaik, tidak berlebih memang, tapi cukup
Resolusi
Keuangan
Di tengah kondisi
keuangan yang mulai membaik, saya dan suami sadar bahwa kami tidak boleh
terlena. Akhirnya di tahun 2019 ini, kami punya resolusi bahwa kami harus
mempersiapkan strategi untuk masa depan yang lebih baik. Apalagi saya dan suami
tipe orang yang berpikir jangka panjang, meskipun anak masih balita, pikiran
kami sudah melayang bagaimana biaya sekolah anak-anak nanti? Kemudian biaya kuliahnya?
Bagaimana biaya pernikahan anak kami nanti? Belum lagi pikiran tentang biaya
persalinan jika saya hamil anak ke dua dan selanjutnya.
Segala Kebutuhan Rumah Tangga (Foto: Richa Miskiyya) |
Maka dari itu, saya dan
suami tidak mau berleha-leha, kami harus merencanakan semuanya, tentang
keuangan dan masa depan. Tapi kalau harus menggunakan jasa financial planer,
jujur kami gak sanggup bayarnya. Hahahaha.
Meski begitu, apa saya
dan suami batal merencanakan keuangan? Ohhh, tentu saja tetep jadi, Fernando!
Hal pertama yang kami lakukan tentu saja browsing lewat mbah google hingga kami
terdampar di website moneysmart.id.
Setelah membaca banyak artikel dalam Smart Money – Budgeting, kami akhirnya
menemukan artikel Budgeting yang sesuai dengan kondisi keuangan kami, berjudul
‘Demi Masa Depan Lebih Baik! Begini Trik Jitu Atur Duit buat Pasangan Muda’.
#MoneySmartMenginspirasi kami sehingga saya dan suami pun mulai menerapkan tips-tips dalam artikel tersebut.
1.
Membuat Anggaran Belanja
Hal pertama yang kami
lakukan setiap bulannya adalah membuat anggaran bulanan. Tidak hanya anggaran
belanja saja, akan tetapi juga mengatur berapa anggaran untuk simpanan dan
tabungan. Saya dan suami mulai mengalokasikan 50% dari pendapatan kami untuk
kebutuhan pokok seperti makan, transportasi, dan komunikasi. Kemudian 30% untuk
membayar kebutuhan bersama seperti listrik, air, juga cicilan. Barulah sisa 20%
nya kami alokasikan untuk tabungan serta investasi.
Angka 20% untuk
tabungan ini juga termasuk di dalamnya adalah dana darurat yang saya dan suami
persiapkan agar mencapai angka minimal 6x kebutuhan setiap bulannya. Dana
darurat ini juga bisa kami gunakan apabila kami harus menjenguk teman atau
saudara yang sakit juga untuk membeli hadiah ketika ada saudara atau teman yang
menikah atau melahirkan.
Saya dan suami tidak
ada yang ditutup-tutupi dalam hal keuangan, kami terbuka perihal gaji dan
honor, begitu juga kami terbuka tentang berapa pengeluaran yang kami butuhkan.
Itulah gunanya membuat anggaran bersama, agar tidak ada yang ditutup-tutupi
perihal keuangan. Ini juga berguna jika di kemudian hari ada permasalahan
keuangan, kami dapat mencari solusinya bersama karena sama-sama mengetahui dan
memahami kondisi keuangan keluarga.
2.
Tabungan Terpisah
Saya dan suami
menyepakati bahwa selain tabungan bersama kami juga harus memiliki tabungan
masing-masing. Bahkan, untuk tabungan masing-masing ini, kami masih membaginya
lagi ke dalam dua jenis tabungan, yaitu tabungan dengan kartu ATM/Debit, dan
tabungan tanpa kartu ATM/Debit.
Kenapa kami harus
memiliki tabungan terpisah antara suami dan istri? Selain agar pengeluaran
lebih terkontrol, juga agar kami tidak perlu bingung jika ingin membeli barang
yang kami inginkan, terutama terkait dengan hobi kami.
Tidak hanya itu saja, dengan
tabungan yang terpisah, artinya kami juga memiliki cadangan apabila ada
keperluan mendadak yang membutuhkan dana besar, sehingga kami tidak perlu
berhutang.
Lalu, kenapa harus
dibedakan lagi antara tabungan dengan kartu ATM/Debit dengan tabungan tanpa
kartu ATM/Debit? Agar kami tidak sesuka hati mengeluarkan uang, karena apabila
memiliki kartu ATM/Debit, artinya kami akan lebih mudah menghamburkan uang.
Meskipun tabungan kami
terpisah, kami tetap saling tahu berapa dana yang ada di tabungan satu sama
lain, hal ini agar kami bisa saling kontrol apabila salah satu diantara kami
sudah terlalu berlebihan dalam menggunakan uang.
Tabungan untuk Masa Depan (Foto: Richa Miskiyya) |
Selain tabungan
pribadi, karena sudah memiliki satu anak, kami pun membuat tabungan untuk dana
pendidikan bagi anak saya di kemudian hari. Meskipun anak kami baru berusia 2
tahun, tapi kami merasa perlu untuk membuat tabungan pendidikan sedini mungkin.
Akhirnya kami membuat tabungan pendidikan tersebut di salah satu bank dengan
atas nama anak kami sendiri.
Untuk dana tabungan,
kami memilih untuk menabung di awal bulan, jadi kami memang benar-benar
menabung dari uang yang kami anggarkan, bukan menabung dari sisa uang yang kami
miliki di akhir bulan. Dengan begini, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak
menabung.
3.
Menyiapkan Dana Pensiun
Sebagai penulis
skenario freelance tentunya tidak akan mendapatkan dana pensiun, boro-boro dana
pensiun, pendapatan tiap bulan saja tidak menentu, tergantung ada job atau
tidak. Lalu, bagaimana saya harus mempersiapkan masa tua saya? Jika saya sudah
tua nanti, tentunya saya tidak akan seproduktif sekarang ini.
Tabungan Dana Pensiun (Foto: Richa Miskiyya) |
Mungkin banyak yang
berpikiran, ‘tenang aja, kan suami PNS, dapat uang pensiun’. Tapi itu kan suami
saya, bukan saya. Apalagi kebutuhan hidup pastinya akan tambah banyak dan
tambah tinggi.
Makanya, mumpung masih
muda dan bisa bekerja keras, saya dan suami pun langsung menyiapkan dana
pensiun pribadi untuk kesejahteraan masa tua kami. Kami memilih untuk membuka
tabungan DPLK, atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Kami memilih membuat
tabungan DPLK ini di salah satu bank dengan cara autodebet dari rekening
tabungan utama. Siapapun bisa membuat tabungan DPLK ini, termasuk saya yang
seorang pekerja lepas. Kenapa memilih untuk autodebet? Selain lebih praktis,
juga agar lebih komit untuk mempersiapkan kesejahteraan di hari tua.
4.
Menghindari Utang Konsumtif
Memiliki utang itu
tidak menyenangkan, ibaratnya kita malu di siang hari, dan gelisah di malam
hari gara-gara utang. Oleh sebab itu, saya dan suami berkomitmen untuk sebisa
mungkin tidak berutang, tak hanya menghindari utang untuk kebutuhan konsumtif
saja, tapi juga menghindari utang untuk keinginan panjat sosial.
Kami berkomitmen untuk
tidak memiliki kartu kredit, juga tidak mengambil kredit atau pinjaman untuk
pembelian motor atau mobil. Kami memilih untuk bersabar dan menabung lebih
rajin agar bisa membeli motor atau mobil secara cash.
Kami lebih memilih cara
seperti itu daripada kami bisa terlihat gaya dan keren dengan mobil, tapi
pusing gara-gara harus bayar cicilan tiap bulan.
5.
Memulai Investasi
Setelah membaca artikel
di moneysmart.id, saya dan suami mulai menyadari, bahwa untuk mempersiapkan
masa depan keuangan yang lebih baik, salah satu caranya adalah dengan
berinvestasi. Dan kamipun baru memahami, bahwa berinvestasi tak perlu menunggu
jadi artis atau menteri dulu, karena saat ini ada banyak kemudahan untuk
berinvestasi dengan dana yang minim.
Investasi Tabungan Emas (Foto: Richa Miskiyya) |
Mumpung masih muda,
saya dan suami pun ingin memulai investasi. Ada beberapa jenis investasi yang
kami pelajari dan kaji lebih jauh, yaitu investasi emas dan reksadana. Setelah mempertimbangkan
beberapa hal, kami sepakat untuk berinvestasi di tabungan emas. Kami memilih
investasi emas ini karena harga emas cenderung stabil jika dibandingkan hanya
menyimpan dana masa depan di tabungan.
Sebagai pasangan muda,
itulah langkah-langkah yang saya dan suami lakukan terkait keuangan kami. Terima
kasih moneysmart.id untuk inspirasinya, #MoneySmartMenginspirasi menyadarkan kami bahwa menjadi
muda adalah keunggulan, maka kami tak ingin berpangku tangan atau menyerah di
tengah jalan dalam mengatur keuangan..(*)
Kebanyakan emang pasangan muda suka berhutang untuk konsumtif. Biasanya gak terasa habis di gaya hidup ya kak. Entah ngafe ntah beli gadget
BalasHapusAlhamdulillah kami jarang sih pake penghasilan buat kebutuhan yang gak penting. Dan gak kecolongan buat kredit buat konsumsi.
Tosss kita Mbak,, emang kl br married itu apa² mulai dr nol, malah kl sy dan suami blg kl kami memulai segalanya dr minus. Alhamdulillah pelan² seiring anak² lahir aset ini itu pun bertambah, nurutin tips no 5 nih,, rajin berinvestasi
BalasHapusyap bener banget mba, saya juga ada tabungan terpisah dan investasi hehe. malah saya sama suami lagi getol banget nabung. karena banyak yang diperlukan kedepannya. maksih mba tips-tipsnya.
BalasHapusBerasa tersadar nih baca artikel kak icha. Lah iya suami yang dapat pensiun sementara saya tidak, harus rajin-rajin berusaha nih. akhir-akhir ini merasa sangat santai karena covid 19 nih di rumah cuma rebahan. padahal mau post jualan di marketplace ya ada aja rezekinya tapi kemalasan lebih kuat sepertinya mendominasi hati wkwkw
BalasHapustabungan terpisah ini ide yang cemerlang
BalasHapusbisa diterapkan dan mudah diaplikasikannya ya
apalagi untuk tabungan jangka panjang menggunakan rekening yang aksesnya susah :D