Pada 20 Februari 2017
lalu, saya resmi menjadi seorang ibu dari seorang bayi cantik bernama Rayyana
Atana Kamila. Tak terhitung seberapa besar kebahagiaan saya, dan sejak itu pula
saya berikrar dalam diam bahwa saya akan memberikan segala yang terbaik untuk
kebahagiaan buah hati saya. Dan agar bisa merawat dan melihat tumbuh kembang
sang buah hati, saya pun memutuskan untuk bekerja secara freelance di rumah
sebagai co script writer dan content writer.
Officially Mom :D |
Bekerja di rumah memang
sudah menjadi pilihan saya, dan bukan berarti tidak banyak yang mencibir,
apalagi dengan gelar magister S2 yang saya sandang. Namun, dengan tekad untuk
tak meninggalkan buah hati dan merawatnya sendiri tanpa pengasuh maka saya
memilih tetap bekerja sebagai freelancer di rumah. Saya tanamkan dalam hati,
bahwa dimanapun saya bekerja, saya yakin ilmu yang saya dapat tak akan sia-sia.
Dulu, saat masih
mengandung, dalam imajinasi saya merawat seorang bayi itu mudah, apalagi jika
melihat foto-foto bayi di instagram yang lucu-lucu, namun ternyata di balik
foto lucu seorang bayi ternyata ada perjuangan ibu yang harus begadang hingga
pagi, siap siaga ketika bayi minta ASI, gerak cepat mengganti popok ketika bayi
mengompol, dan hal-hal lainnya yang hanya ibu-ibu yang dapat merasakannya.
Sebagai istri serta
sebagai ibu muda yang kemudian merangkap profesi sebagai co script writer dan
content writer yang tidak memiliki asisten rumah tangga tentunya butuh
perjuangan. Saya harus benar-benar bisa membagi waktu saya dengan baik. Saya
harus benar-benar bisa gerak cepat, mandi kilat, agar segala kebutuhan rumah
tangga, kebutuhan bayi, dan pekerjaan saya tidak terbengkalai. Bahkan, tak
jarang saya harus bisa bergerak multitasking, dimana saya harus bisa
menggendong bayi sambil mengetik script sinetron yang sedang kejar tayang,
menggendong sambil makan, menggendong sambil menyapu, agar semua kewajiban saya
dapat saya lakukan dengan baik. Apalagi saya pun masih menyusui bayi saya
secara eksklusif, jadi semuanya harus benar-benar saya lakukan secara cermat dan
tepat, agar buah hati mendapatkan haknya tanpa mengabaikan tanggung jawab pekerjaan saya..
Dan sebagai seorang ibu
rumah tangga yang merangkap beberapa profesi lain yang menuntut tanggung jawab
yang tinggi, khususnya pada deadline. Hal-hal berikut ini sering saya lakukan
agar semua pekerjaan bisa saya lakukan dengan sebaik-baiknya, baik itu sebagai
istri, sebagai ibu, juga sebagai co script writer dan content writer:
Menjadi seorang perempuan yang harus melakukan beragam hal setiap hari, 24 jam rasanya tidaklah cukup. Apalagi saya hanya punya dua tangan dan tak jarang beberapa pekerjaan harus selesai di waktu bersamaan. Oleh karena itu, sebisa mungkin harus bisa multitasking ketika melakukan pekerjaan. Apabila anak minta ASI sedangkan saya juga belum makan, maka saya akan menyusui anak saya sambil makan, atau menyapu sambil menimang, dan tak jarak pula saya mengetik sambil menggendong buah hati. Kenapa hal itu saya lakukan? Karena bagi saya, anak adalah yang utama, apapun pekerjaan lain yang sedang saya lakukan, dan anak membutuhkan saya, jika memungkinkan, saya akan memeluknya sambil melakukan pekerjaan lainnya. Anak saya mendapatkan pelukan dan Aliran Sayang Ibu dalam ASI yan menjadi haknya, serta pekerjaan lainnya yang menjadi kewajiban saya juga tidak terbengkalai. Anak disayangi, rumah rapi dan deadline pun bisa ditepati.
2.
Jika Ada Waktu Luang, Tidur!
Ada yang pernah bilang
pada saya, “Jadi ibu itu tahu lamanya waktu siang, dan lamanya waktu malam”. Hal
ini memang benar-benar adanya. Sebagai ibu, saya harus siap begadang dan tidur
hanya dua jam dalam sehari. Apalagi jika buah hati sedang tak enak badan, maka
siap-siap saja tidak tidur seharian. Apalagi jika anak sedan rewel, maka bisa
menidurkan bayi menjadi sebuah keberhasilan yang lebih membahagiakan daripada
lulus kuliah dengan predikat cumlaude.
Ditambah lagi jika
skenario sinetron sedang kejar tayang, artikel untuk content writer juga memasuki
masa-masa deadline. Maka, ‘tidur’ memang menjadi sebuah anugerah. Oleh karena
itu, saya seringkali mencuri-curi waktu untuk tidur. Jika anak tidur, saya pun
ikut tidur, atau di tengah-tengah menyelesaikan pekerjaan, saya curi waktu
untuk tidur sekadar 5 menit atau 10 menit (dengan alarm yang menyala) agar
tidak kebablasan. Pokoknya, jika ada waktu luang, maka tidur harus diutamakan.
3.
Makan Makanan Bergizi
Dalam pikiran saya,
menjadi seorang ibu itu ‘Dilarang Sakit’, kalaupun sakit, sebisa mungkin jangan
lama-lama. Oleh karena itu, sebisa mungkin saya harus bisa menjaga stamina
dengan selalu makan makanan yang bergizi, apalagi saya sedang dalam masa
menyusui yang tentunya butuh asupan makanan dan gizi yang lebih banyak.
Saat menjalani bulan
pertama menjadi ibu, saya sempat dilanda kecemasan karena ASI saya hanya
sedikit sehingga menyebabkan pertambahan berat badan buah hati saya pun naiknya
tidak banyak. Beragam saran dari sahabat, teman, saudara untuk makan ini dan
itu, minum ini dan itu saya lakukan. Ini tentunya saya lakukan agar saya bisa
memberikan ASI sebagai Aliran Sayang Ibu bagi buah hati saya. Saya yang dulu
tidak suka sayur, mau tidak mau harus makan sayur, agar stamina tubuh saya
terjaga, dan anak saya pun sehat dan tidak kekurangan gizi.
4.
Menjaga Hati
Sebagai wanita biasa,
saya pun seringkali baper. Lihat sesuatu yang menjengkelkan, baper trus sakit
hati. Lihat orang lain punya sesuatu yang nggak saya punya, iri trus baper.
Padahal, baper ini sangatlah menghambat pekerjaan dan bikin hidup jadi lelah.
Oleh sebab itu sebisa mungkin saya harus menjaga hati, agar tidak gampang
baper, tidak gampang jengkel, serta agar tidak mudah dilanda penyakit hati
seperti iri dan dengki.
Selain menjaga hati
dalam arti menjaga kalbu jiwa. Saya pun juga harus bisa menjaga hati (liver),
salah satu organ penting dalam tubuh saya. Hati (liver) berperan penting dalam
produksi protein, albumin, serta pembersihan darah. Sehingga kesehatan hati
juga menentukan kesehatan tubuh pada umumnya. Untuk menjaga kesehatan hati ini,
saudara saya pernah menyarankan untuk mengkonsumsi air perasan temulawak, namun
karena aktifitas saya yang banyak dan tidak memungkinkan jika harus memarut
temulawak, maka saya pun mencari minuman sari temulawak yang mudah disajikan
sehingga tidak membutuhkan waktu lama, dan akhirnya saya menemukan serbuk
minuman Herbadrink Sari Temulawak dari Konimex yang rutin saya konsumsi setiap
harinya.
Menemukan serbuk
minuman ‘Herbadrink Sari Temulawak' dari Konimex menjadi salah satu hal yang
membahagiakan bagi saya. Pasalnya, saya tidak perlu repot ketika ingin minum
sari temulawak. Selain itu minuman ini juga bisa disajikan tak hanya dalam kondisi hangat tapi juga dalam kondisi dingin dengan es batu yang tentunya sangat menyegarkan ketika diminum.
Herbadrink Sari Temulawak merupakan minuman tradisional yang diracik berdasarkan resep
tradisional Indonesia serta diproses dengan teknologi yang modern. Herbadrink
Sari Temulawak diolah dari bahan-bahan alam pilihan, yaitu Ekstrak Curcuma
Xanthorrizha Rhizoma 2,2 gram yang setara dengan 800 mg Rimpang segar Temulawak
yang dipadukan dengan gula serta bahan alami lainnya.
Herbadrink Sari Temulawak ini berkhasiat untuk membantu memelihara kesehatan hati, menurunkan lemak darah, mengurangi radang sendi, dan membantu
menjaga fungsi lambung serta menambah nafsu makan. Dan yang lebih penting lagi, Herbadrink Sari Temulawak
ini juga berkhasiat untuk melancarkan ASI sehingga bisa meningkatkan produksi
ASI, cocok untuk saya yang masih menyusui buah hati secara eksklusif.
Saya memang seorang ibu
rumah tangga biasa, namun saya mempunyai sejuta impian yang harus saya wujudkan
bersama keluarga tercinta, maka dari itu selain harus bekerja keras dengan dua
tangan saya, saya juga harus menjaga kesehatan satu-satunya hati yang saya
miliki dengan mengkonsumsi Herbadrink Sari Temulawak dari Konimex. Karena jika
bukan diri kita sendiri yang menjaganya, lalu siapa lagi? (Richa Miskiyya) (Facebook : Richa Miskiyya, IG : @richamiskiyya)
Posting Komentar