Ada banyak hal yang
sudah saya rasakan di tahun 2015 ini, manis, pahit, asam, asin, semua menjadi
satu. Tawa dan air mata menjadi bagian yang tak terpisahkan di tahun 2015 yang
akan segera berakhir ini.
Saya membuat ini sebagai
tanda terima kasih pada tahun yang telah memberikan saya banyak pelajaran hidup
hingga saya tahu bagaimana menjadi manusia. Ada banyak harapan, tantangan,
kegelisahan, yang harus saya hadapi di Tahun 2015.
Banyak yang mengatakan
pada saya jika hidup saya begitu bahagia, seolah tak punya masalah, santai,
woles, tanpa beban pikiran. Ketika ada yang berkata seperti itu, saya hanya
bisa tersenyum dan mengamini, saya anggap itu sebagai doa bahwa saya akan
selalu bahagia. Aamiin.
Tapi benarkah hidup
saya tanpa masalah? Saya ini manusia biasa yang pastinya punya masalah, hanya
saja saya tak ingin mengumbar masalah dan membagi masalah saya. Begitu juga di
postingan ini, saya tak akan bercerita tentang apa masalah saya, saya hanya
akan bercerita apa yang saya rasakan ketika masalah-masalah itu datang dan
bagaimana saya berhasil menghadapinya hingga akhirnya saya bisa tersenyum karena
telah mampu melewatinya dengan baik.
Tahun 2015 bisa jadi
salah satu tahun terberat yang harus saya hadapi, di tengah saya menikmati
hidup tiba-tiba sebuah masalah datang, pepatah ‘seperti tersambar petir di
siang bolong’ memang benar adanya.
Masalah ini membuat
saya jengkel, kesal, marah, dan rasanya ingin mengumpat. Ketika masalah ini tiba-tiba datang, apa saya menangis? Tidak!
Bukan karena saya tangguh, tapi bisa jadi karena masalah ini terlalu menyentak
dan tiba-tiba datangnya hingga saya lupa caranya menangis.
Ketika masalah ini
datang, ibaratnya seperti ketika kita baru saja selesai membangun rumah, tapi
kemudian ada gempa lokal yang menghancurkan rumah itu seketika, atau seperti
ketika kita baru saja selesai menyusun ratusan puzzle, tapi kemudian ada kucing yang berlari dan menghancurkan
susunan puzzle-puzzle itu. Bagaimana
rasanya? Tentunya kita bingung, kita harus menyalahkan siapa dan kita pun bingung
harus marah pada siapa?
Masalah ini benar-benar
menempatkan saya pada titik nadir hidup, saya bingung harus bercerita pada
siapa? Hingga akhirnya saya pun hanya diam. Saya bukan tipe orang yang mudah
membagi masalah dan rasa sakit, saya tidak suka mengumbar masalah di media
sosial, saya juga tidak mudah berbagi cerita dengan manusia. Media sosial bukan
buku diary, dan masalah saya bukan konsumsi publik. Saya tipe orang yang hanya
ingin membagi kebagiaan, bukan kesedihan, itu adalah prinsip hidup saya.
Masalah ini terpendam
dengan baik, saya tak membaginya dengan pacar, sahabat, keluarga, juga buku
diary. Meskipun berat, saya lewati masalah ini seorang diri, saya benar-benar
merasakan kesendirian ketika harus mencari jalan yang tepat untuk
menyelesaikannya.
Saat itu, saya selalu
mencoba untuk hidup seperti biasa, selalu tersenyum dan tertawa, ternyata
pura-pura bahagia itu memang sulit dan sakit. Tapi saya lebih suka pura-pura
bahagia daripada menyeret orang lain dalam kesedihan saya.
Apa saya pernah merasa
putus asa ketika menghadapi masalah ini? Pernah, tapi bukan putus asa,
melainkan hampir putus asa. Ketika itu saya sudah pasrah seandainya Tuhan
mencabut nyawa saya hari itu juga. Bahkan, ketika mengendarai motor, saya
berharap ada mobil atau truk yang menabrak saya hingga tewas agar saya tak
perlu menghadapi masalah ini lagi. Seberat itukah masalah yang saya hadapi? Saya
akan jawab, YA.
Alhamdulillah, Allah
begitu baik pada saya, masih memberikan akal sehat untuk menghadapi semuanya.
Ketika sedang berada di jalan raya, Allah tidak membiarkan saya lepas kontrol untuk
menabrakkan diri pada truk atau mobil yang melaju. Allah selalu menuntun saya
untuk berbelok ke masjid, untuk berpasrah, untuk berserah.
Saya pun berpikir bahwa
masalah saya memang besar, tapi saya punya Allah Yang Maha Besar. Akhirnya saya
pun lebih memilih curhat pada Allah, awalnya saya tak menangis, tapi ketika
curhat pada Allah, tiba-tiba saya bisa menangis sejadi-jadinya. Perlahan tapi
pasti, saya mulai menemukan ketenangan saya ketika mengadu pada Allah, saya
bercerita, saya menangis, saya bersujud, hanya itu yang bisa saya lakukan.
Saya ceritakan semuanya
pada Allah, tentang rasa lelah, sakit, kecewa, marah, dan semuanya. Sejak itu
pun saya sadar bahwa selama ini saya kurang berdialog dengan Allah. Salah satu
kesalahan saya selama ini adalah terlalu menggantungkan harapan pada manusia,
padahal satu-satunya tempat bergantung hanyalah pada Allah SWT.
Saya pun lebih sering
berdialog dengan Allah, mencoba menggali banyak hikmah dari masalah yang saya
hadapi, saya merasakan kenikmatan ketika berdoa dan berserah diri pada Allah.
Perlahan, masalah yang saya hadapi mulai terurai hingga akhirnya selesai.
Masalah memang akan
selalu datang silih berganti, namun tergantung bagaimana kita menghadapinya.
Apakah kita akan menyerah, atau menghadapinya dengan tabah.
Saya belajar banyak
dari masalah-masalah di tahun 2015, karena masalah ini membuat saya memiliki
perjalanan batin yang luar biasa hebatnya, saya bisa lebih dekat dengan Allah. Masalah
juga mengajarkan saya arti pentingnya untuk bersyukur, dan bertawakkal pada
Allah. Memangnya selama ini saya tak dekat dengan Allah? Selama ini saya memang
selalu sholat, puasa, zakat, berdoa, namun rasanya masih seperti ritual harian
dan tahunan belaka, barulah belakangan saya menemukan kenikmatan pada setiap
sholat dan doa yang saya lakukan.
Kesedihan dan
perjuangan yang berat memang melingkupi saya di tahun 2015 ini, namun Allah pun
memberikan kebahagiaan pada saya. Setelah badai masalah itu berlalu, sebagai
obat kesedihan, Allah memberikan banyak hadiah pada saya dengan Jalan-jalan
gratis ke Bali dan Yogya, serta hadiah berupa kemenangan di lebih dari 5 lomba
yang saya ikuti.
Allah Maha Tahu yang
terbaik untuk hambaNya, dan Allah selalu tahu cara membahagiakan
hamba-hambaNya. Nikmat mana lagi yang harus saya dustakan?
Thank you so much,
2015, and welcome to 2016. Semoga di tahun 2016 saya dijauhkan dari segala
kesedihan lahir dan batin, serta semoga di tahun 2016 saya bisa mendapatkan
beragam kebahagiaan lahir maupun batin. Saya pun berharap bisa menjadi pribadi
yang lebih baik, yang selalu bisa menjalin hubungan baik dengan Allah Yang Maha
Esa serta dengan para mahkluk ciptaanNya. Aamiin. (*)
wahhhh blognya keren....
BalasHapuskunjungi balik ke blog tius ya sebutsajatius.blogspot.co.id :)