Selfi di Depan Lambang Kota Banjarbaru- Kalimantan Selatan |
“Jika kau memiliki sebuah mimpi, tak perlu kau bicarakan terus menerus hingga seluruh manusia di dunia ini mendengar. Cukup yakini dalam hatimu dan perjuangkan. Maka Tuhan akan menggerakkan alam semesta ini untuk mendukung semua mimpi-mimpimu.”
Kalimat di atas adalah sebuah
nasihat dari sahabat saya yang begitu saya ingat dan tanamkan di hati dan
pikiran saya. Sebuah nasihat yang membuat saya yakin tentang arti mimpi,
perjuangan, dan kesabaran.
Apabila saya ditanya teman, “Apa mimpimu?” Saya hanya bilang, “Banyak!” Ya, saya hanya menjawab singkat saja, tanpa menjabarkannya satu per satu, karena memang begitu banyak. Namun, dari sekian banyak mimpi itu, ada satu mimpi yang tertanam di hati saya sejak saya masih kanak-kanak hingga dewasa, yaitu ‘Naik Pesawat.”
Bagi banyak orang,
mungkin impian saya itu agak konyol, norak atau semacamnya. Tapi bagi seorang
anak desa yang tinggal jauh dari Bandara, tentunya naik pesawat menjadi hal
yang sangat ‘wah’.
Saat saya masih kecil
dan mengisi waktu sepulang sekolah dengan bermain bersama teman-teman di
lapangan, seringkali ada pesawat yang melintas di atas desa kami. Tanpa
dikomando, kami akan berteriak seraya melambaikan tangan, berharap ada permen
atau uang receh yang dilemparkan penumpang pesawat.
Kebiasaan dan kesenangan ketika berteriak ke arah pesawat semacam itu membuat imajinasi saya melayang, membayangkan bagaimana rasanya naik pesawat terbang, melintasi awan-awan putih, melihat rumah-rumah dari ketinggian serupa miniatur dalam permainan monopoli, kemudian membayangkan bisa melihat belahan bumi lainnya yang diciptakan Tuhan, untuk mensyukuri betapa besar kuasa Nya,
Impian itu terbawa
hingga saya dewasa, namun saya belum tahu bagaimana saya bisa menggapai mimpi
saya itu. Saya hanya anak desa yang biasa naik sarana transportasi yang murah
meriah, dan masih merasa sayang jika harus mengeluarkan banyak biaya untuk
transportasi pesawat, lagipula saya pun bingung, saya naik pesawat mau kemana? Ditambah
lagi, saya hanya seorang mahasiswa yang masih mengandalkan uang saku dari orang
tua.
Hingga kemudian, saya
menemukan jalan apa yang harus saya tempuh agar bisa menggapai mimpi itu,
yaitu, Menulis, sebuah hobi yang saya tekuni sejak masih anak-anak. Al Ghazali
pernah mengatakan, “Apabila kau bukan
anak Raja, bukan anak bangsawan atau anak kyai. Bukan pula anak pejabat. Maka
Menulislah!”
Inilah yang saya terapkan untuk menggapai mimpi saya, “Jika kau bukan anak Raja, bukan anak bangsawan atau kyai, Bukan pula anak pejabat, tetapi kau ingin naik pesawat dan melihat belahan bumi lainnya. Maka Menulislah!”
Inilah yang saya terapkan untuk menggapai mimpi saya, “Jika kau bukan anak Raja, bukan anak bangsawan atau kyai, Bukan pula anak pejabat, tetapi kau ingin naik pesawat dan melihat belahan bumi lainnya. Maka Menulislah!”
Di era digital seperti
sekarang, saya pun memanfaatkan internet untuk mencari info-info lomba menulis
dengan hadiah jalan-jalan ke luar kota, ke luar pulau, bahkan ke luar negeri.
Berkali-kali saya mengikuti lomba-lomba tersebut, namun hasilnya nihil. Saya
tak ingin putus asa, saya terus mencoba hingga kemudian saya menemukan sebuah
lomba menulis surat untuk tokoh fiksi dalam sebuah novel berjudul Galuh Hati
karya Randu Alamsyah. Lomba ini diadakan oleh Komunitas Sastra dan Dinas
Pariwisata Kota Banjarbaru dengan hadiah jalan-jalan ke Kalimantan Selatan,
tepatnya ke penambangan intan, setting dalam novel Galuh Hati.
Tanpa pikir panjang,
saya langsung mengikuti lomba tersebut karena memang saat melihat pengumuman
lomba tersebut sudah menjelang akhir waktu lomba. Bukankah sekecil apapun
peluang harus dicoba, karena kita tak pernah tahu Tuhan akan memberikan rezeki
lewat peluang yang mana.
Mimpi Itu Terwujud
Hingga hari pengumuman, 15 April 2014, saya lihat di website panitia belum ada pengumuman pemenang. Gelisah? Pasti. Di tengah kegelisahan itu, tiba-tiba ponsel saya berdering, ternyata itu adalah telpon dari panitia lomba yang mengabarkan kalau saya memenangkan hadiah jalan-jalan ke Kalimantan Selatan dan akan berangkat tiga hari kemudian. Terharu dan bahagia, karena akhirnya doa dan mimpi itu terwujud.
Hingga hari pengumuman, 15 April 2014, saya lihat di website panitia belum ada pengumuman pemenang. Gelisah? Pasti. Di tengah kegelisahan itu, tiba-tiba ponsel saya berdering, ternyata itu adalah telpon dari panitia lomba yang mengabarkan kalau saya memenangkan hadiah jalan-jalan ke Kalimantan Selatan dan akan berangkat tiga hari kemudian. Terharu dan bahagia, karena akhirnya doa dan mimpi itu terwujud.
Tanggal 18 April 2014,
hari keberangkatan pun tiba, saya berangkat dari Bandara Ahmad Yani Semarang
seorang diri, rasanya mendebarkan sekaligus menyenangkan, seperti mimpi. Akhirnya
saya bisa merasakan bagaimana naik pesawat terbang seperti mimpi saya sejak
kecil, dapat melihat awan putih, laut biru, serta hijaunya hutan Kalimantan
dari ketinggian ribuan kaki.
Ketika sampai di
Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, saya dijemput oleh perwakilan dari Dinas
Pariwisata Banjarbaru yang ternyata adalah Galuh dan Nanang (sebutan Duta Wisata Banjarbaru).
Selama 3 hari 2 malam,
saya menghabiskan waktu di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Seluruh
akomodasi hingga jadwal jalan-jalan
pun dipersiapkan oleh pihak panitia dan Dinas Pariwisata. Saya serasa seperti
tamu penting, karena selama jalan-jalan saya didampingi oleh Duta Wisata
Banjarbaru yang menjelaskan banyak hal tentang pariwisata dan sejarah di kota
mereka. Selain jalan-jalan ke satu-satunya tempat penambangan intan tradisional
di dunia, saya juga diajak jalan-jalan ke Martapura, sebuah pusat penjualan
intan terbesar di Indonesia.
Pada malam kedua, tanggal
19 April 2014 saya juga diundang ke acara HUT Kota Banjarbaru ke-15. Bahkan,
saya tak hanya diundang, tapi saya juga diminta panitia untuk mengisi acara di
panggung dengan membacakan surat untuk tokoh fiksi dalam novel Galuh Hati.
Saya merasa ini
merupakan anugerah yang istimewa dari Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan tak hanya
mewujudkan mimpi saya untuk naik pesawat, tapi juga membahagiakan saya dengan
memberikan ‘bonus-bonus lain’. Saya bisa berada di panggung penting dan
disaksikan oleh Walikota dan para petinggi Kota Banjarbaru, serta ribuan
masyarakat Kota Banjarbaru yang hadir di alun-alun kota maupun yang menyaksikan
acara tersebut lewat televisi, karena acara ini memang disiarkan langsung oleh televisi
lokal.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa Tuhan akan mengabulkan doa dan harapan hambanya di
waktu dan saat yang tepat, dan jika memiliki mimpi, yakini serta perjuangkan
karena Tuhan akan menggerakkan alam semesta untuk mendukung mimpi-mimpi itu.
Kini, saya tak lagi
takut untuk bermimpi, dan saya pun meyakini bahwa suatu saat nanti saya bisa
mengunjungi belahan bumi lainnya lewat karya fiksi dan non fiksi yang saya tulis. Untuk itu,
saat ini saya terus belajar untuk mengembangkan diri agar tulisan-tulisan saya
bisa lebih baik setiap harinya sehingga disukai pembaca, seperti halnya Smartfren
yang selalu mengembangkan fitur-fitur terbaru pada setiap produknya seiring
dengan perkembangan dunia teknologi dan komunikasi sehingga saat ini Smartfren banyak
disukai oleh pecinta teknologi dan gadget di negeri ini.
Semoga tulisan ini bisa
menjadi semacam doa yang akan diamini oleh semesta, sehingga di kemudian hari
saya bisa mengunjungi benua serta negara di belahan bumi lain dan mengabadikan
moment itu dengan berfoto selfie menggunakan gadget Smartfren. Aamiin.
Aamiin ^_^
BalasHapusamin
BalasHapus@guru5seni8
penulis di
http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com dan www.kartunet.or.id