“Bu, lihat! Aku berhasil
menghitung semua kelopak mawar ini.”
“Ada berapa?”
“Ada 1000 kelopak bunga mawar,
Bu.”
“Baguslah, kalau begitu mari kita
pulang.”
“Tidak, Bu. Nanti saja. Aku harus
menunggu kekasihku di sini, aku takkan berhenti untuk selalu percaya, dia pasti
akan datang. Dulu ia pernah berkata jika aku rindu padanya, maka aku harus
menghitung semua kelopak mawar yang kutemui.”
“Jika ia tak juga datang?”
“Aku akan terus menunggu sambil
menghitung ulang kelopak mawar ini.”
Perempuan yang dipanggil ibu itu tertegun,
ia pandangi anaknya yang terus menghitung kelopak mawar di samping nisan
kekasihnya, entah sampai kapan, bisa 1 tahun, 100 tahun, atau 1000 tahun lamanya. (*)
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program
#FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis.
Posting Komentar