SALSA pulang sekolah dengan wajah bersungut-sungut, padahal tidak biasanya Salsa yang selalu ceria tiba-tiba kali ini pulang dengan wajah mendung.
Mama yang melihat anak bungsunya langsung masuk kamar pun kaget, biasanya Salsa selalu memberi salam lalu datang ke meja makan atau dapur untuk mencari Mama dan menanyakan apa menu makan siang hari ini.
Tapi hari ini beda, Mama pun menemui Salsa di kamarnya.
“Sayang kenapa?” Mama membelai rambut Salsa yang sedang tiduran dan menutupi wajahnya dengan bantal.
Salsa hanya menggelangkan kepala tanpa memperlihatkan wajahnya. Mama paham, itu artinya Salsa sedang tidak mau bicara dan tidak mau dipaksa untuk bicara. Mama akan menunggu Salsa untuk bercerita sendiri.
Malamnya Salsa hanya membolak-balik buku pelajarannya, PR yang harus ia selesaikan belum satu nomor pun ia kerjakan. Pikirannya teringat kejadian tadi siang di sekolah.
”Sa, kamu pas kecil enggak pernah minum susu ya?” tanya Bonar.
”Aku minum susu terus kok, memangnya kenapa?” jawab Salsa.
”Ah, mana mungkin, itu buktinya kulit kamu hitam, kalau minum susu kan putih, hahahaha,” ternyata kata-kata Bonar hanya untuk meledek Salsa.
”Salsa hitam...Salsa hitam....kulit manggis, hahaha,” ledek Bonar dan teman-temannya.
Salsa yang mendengar ledekan Bonar dan teman-temannya membuat mata Salsa memerah dan hampir menangis.
Salsa melihat foto keluarga yang ia letakkan di meja belajarnya, ada Papa, Mama, Salsa, dan Mbak Dina.
”Kenapa aku enggak seperti Mbak Dina?” ucap Salsa lirih seraya memandang kulitnya yang sedikit gelap.
Salsa memang berbeda dengan Mbak Dina, kakak semata wayangnya yang sekarang duduk di kelas VII SMP itu kulitnya putih seperti Mama, cantik.
”Kenapa aku harus berkulit hitam seperti Papa, pikir Salsa. Papa meskipun hitam tapi gagah karena Papa tentara, sedangkan aku? Hufht....” Salsa menghembuskan napasnya.
Tanpa disadarinya, Mama sudah berada di pintu kamarnya dan berjalan menghampiri Salsa.
”Salsa kenapa? Kamu sakit?” Mama segera meraba kening Salsa, tapi tidak panas.
”Kalau Salsa ada masalah, cerita ke Mama ya, Sayang,” kata Mama dengan senyum.
Salsa pun akhirnya menceritakan jika ia sering diledek teman-temannya di sekolah karena kulitnya yang hitam. “Hitam itu kan jelek, Ma,” ujar Salsa.
”Sayang... siapa bilang anak Mama ini tidak cantik? Cantik itu tidak harus dari luar, yang penting hati kita harus cantik. Kita harus selalu berbuat baik pada siapa pun, kita juga tidak boleh membeda-bedakan teman, entah itu dia berkulit putih atau berkulit hitam.”
“Meskipun seseorang itu putih tapi hatinya buruk, sering iri dan dengki, itu juga percuma. Kita itu harus selalu ramah dan tidak boleh membenci orang lain. Kalau ada yang meledek, Salsa tidak boleh balas meledek, apalagi membenci. Satu lagi, anak Mama ini meskipun hitam tapi hitam manis, semanis buah manggis,” nasihat Mama seraya memeluk Salsa penuh kasih sayang.
Salsa pun kini sadar, kita harus mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah, dan yang penting bukan kulit yang putih, tapi hatilah yang harus putih dan bersih.Dimuat di Harian Lampung Post, Sabtu 15 Oktober 2011, Share For link
Posting Komentar